Dari tempat yang cukup jauh seorang laik-laki paruh baya berjalan menuju rumah nabi Isa 'alaihisalam untuk menjalik persahabatan dengan beliau.
" kalau boleh, saya ingin sekali bersahabat dengan Tuan."
"Boleh, tak masalah"
"Jika demikian, izinkan saya menemani Tuan ke mana pun pergi."
"Silahkan, kalau itu memang kemauanmu."
Singkat cerita, pada suatu pagi hari mereka sedang berjalan di sepanjang pinggir sungai. Dari dalam tas, Nabi Isa 'alaihisalam mengeluarkan bekal tiga potong roti kering. Satu potong diserahkan kepada orang itu, satu potong untuk diri sendiri, dan sisa satu potong lagi disimpan.
Selesai makan, Nabi Isa'alaihisalam pergi ke sungai yang airnya jernis. Setelah puas, beliau kembali lahi ke tempat semula dan merasa heran, sepotong roti yang tadi ditinggalkan sudah tidak ada.
"Siapa yang telah mengambil roti yang sepotong lagi?"
"Saya tidak tahu."
"Nabi Isa 'alaihisalam tidak memperpanjang persoalan. Kemudian, beliau mengajak temannya untuk melanjutkan perjalanan.
Belum terlalu jauh berjalan, tiba-tiba ada seekor rusa dan dua lagi anaknya. Nabi Isa 'alaihisalam menangkap seekor anak rusa. Setelag disembelih dan dibersihkan, beliau memanggang daging rusa itu.
Daging rusa panggang itu dimakan berdua. Stelah kenyang, Nabi Isa 'alaihisalam menyuruh anak rusa yang telah dimakan itu supaya hidup kembali. Dengan izin Allah, anak rusa itu pun hidup kembali.
"Demi Allah yang menunjukan bukti kekusaanNya kepadamu, siapah yang telah mengambil sepotong roti itu?"
Teman Nabi Isa 'alaihisalam tetap bersikukuh dan mengaku tidak tahu apa-apa. Perjalanan dilanjutkan hingga mereka sampai disebuah tebing curam dan harus menyebrangi sungai yang arusnya sangat deras. Sekali salah melangkah, akibatnya bisa fatal. Nabi Isa 'alaihisalam memegang tangan temannya seraya menuntunnya. Setelah bersusah paya, mereka sampai diseberang sungai.
Kemudian, beliau bertanya lagi, "Demi Allah, Allah-lah yang telah menyelamatkan kita dari arus sungai yang deras ini. Siapa yang telah mengambil sepotong roti itu?"
"Saya tidak tahu," jawaban yang sama selalu diberikan.
Langkah Nabi Isa 'alaihisalam dan temannya dilanjutkan kembali. Sampailah mereka disebuah hutan yang belum pernah didatangi manusia. Sejenak mereka beristirahat melepas penat di bawah sebuah pohon rindang. Ketika sedang duduk-duduk itulah, Nabi Isa 'alaihisalam mengambil sebongkah tanah, Sesaat, tanah itu dikepal-kepal.
"Jadilah emas dengan izin Allah," kata Nabi Isa 'alaihisalam.
Tiba-tiba tanah itu berubah menjadi emas, Teman Nabi Isa 'alaihisalam begitu terpana. Kedua matanya memandangi emas itu tanpa berkedip. Tatapan nya menyiaratkan hasrat kuat ingin memiliki.
"Nah, emas ini akan kubagi menjadi tiga bagian."
"Untuk siapa saja?"
"sepertiga untukku, sepertiga untukmu, dan sepertiga lagi untuk orang yang mengabil roti."
Mendengar hal itu dengan penuh keriangan,
"sebbenarnya, saya yang mengambil roti itu."
Nabi Isa 'alaihisalam hanya menggeleng-gelengkan, kasihan melihat temannya yang sangat tamak.
"Ya sudah, kamu ambil saja semua emas ini. Tetapi, perjalan kita berakhir disni saja. Kita berpisah."
Aku tak tak peduli, aku sudah mendapatkan sebongkah emas. Selamat tinggal kemiskinan, kata orang itu dalam hati.
"Begini saja, aku kearah timur dan kamu ke arah barat"
Si teman hanya mengangguk tanda setuju. Jauh di lubuk hatinya, dia bersorak dengan perpisahan ini karena sudha mendapatkan emas yang tak ternilai harganya. Lagi pula, ke barat adalah jalan pulang. Dengan begitu, dia tidak perlu berlama-lama mengadakan perjalanan bersama Nabi Isa 'alaihisalam.
Menjadi kaya raya sudah terbayang-bayang dalam benak teman Nabi Isa 'alaihisalam itu. Berbagai rencana sudah dibuat. Rasanya sudah tidak sabar lagi ingin segera sampai rumah guna mewujudkan impiannya. Langkah pun dipercepat.
Tak disangka, dari semak-semak yang rimbun, muncullah dua orang berpakaian hitam-hitam. Tubuh mereka yang tak terurus dan menyeramkan. Yang lebih menyeramkan lagi, sebuah golok besar terselip dipinggang masing-masing.
Teman Nabi Isa 'alaihisalam berpikir bahwa mereka adalah perampok dan dia harus segera menyelamatkan emas itu. Akhirnya, dia berpikir bahwa emas itu harus dibagi tiga. Dua perampok itui sudah menghadang didepan. Sorot mata mereka sangat tajam dan cukup untuk membuat ciut nyali orang yang melihantnya.
Khawatir perampok itu merebut emas dari tangannya, teman Nabi Isa 'alaihisalam itu buru-buru memberikan penawaran.
"Tuan-tuan, saya punya barang berharga."
"Barang apa?" tanya perampok yang satu seraya menyarungkan kembali goloknya.
"Akan saya beri tahu kalau tuan-tuan mau menerima sebuah syarat."
"Syarat apa?Katakan saja, tidak usah berbelit-belit!"
"Begini, saya mempunyai sebongkah emas."
"Wow, sebongkah emas!" seru dua perompak serempak. "Lalu syarat apa yang kamu minta?"
"Saya mau emas ini dibagi tiga."
"Ya, kami setuju saja, Bukan begitu, Adik?"
Yang dipanggil adik hanya mengangguk. Beberapa saat, mereka berbincang-bincang. Seseorang mengusulkan agar di antara mereka ada yang pergi berbelanja makanan, perut mereka pun keroncongan.
Awalnya, teman Nabi Isa 'alaihisalam yang ditunjuk untuk memberli makanan. Namun, dia menolak karena kalu pergi, sipa yang menjamin kedua perampok tidak kabur. Akhirnya, disepakati bersama bahwa salah seorang dari perampok itu pergi belanja.
Pergilah si perampok yang tadi dipanggil adik. Timbullah sifat tamak dalam diri perampok. Sepanjang perjalanan, dia berpikir bagaimana menyingkirkan kedua saingannya supaya bisa mendapatkan emas seorang diri.
"akan lebih baim kalau emas itu menjadi milik saya sendiri. Dibagi tida terlalu sedikit, tetapi bagaimana carnya menyingkirkan mereka?"
Orang ini berpikir cukup lama, namun tiba-tiba dia melonjak senang. "Aku akan membubuhi makanan dengan racun. Kedua orang itu pasti mati dan emas itu hanya menjadi milikku."
Di tempat lain, teman Nabi Isa 'alaihisalam dan perampok yang satunya lagi ngobrol. Ternyata, mereka juga sedang membicarkan bagaimana car menyingkirkan perampok yang sedang membeli makanan.
"Sebaiknya, emas ini kita bagi dua saja," ujar teman Nabi Isa 'alaihisalam.
"Saya setuju. Terus, bagaimana dengan teman saya?"
"Gampang. Begitu datang, kita bunuh dia."
Saat orang yg ditugaskan berbelanja itu datang, langsung saja mereka membunuhnya. Sesuai dengan kesepakatan, emas itu kemudia mereka bagi dua.
"Ayo, kita makan dulu!" ajak teman Nabi Isa 'alaihisalam.
"Ayo, saya juga sudah lapar sekali."
Namun, apa yang terjadi? Setelah menyantap makanan itu dengan lahap, mereka pun mual-mual. Dari mulut keluar busa. Kemudian. mereka pun mati dan hanya satu yang tersisa, yaitu sebongkah emas.
Sekembali dari perjalanan, Nabi Isa 'alaihisalam melewati hutan itu. Beliau melihat sebongkah emas dikelilingi tida mayat yang telah membujur kaku. Itulah dunia! Waspadalah, jangan sampai terpedaya."
Sumber : Like Father Like Son (Untaian Kisah-kisah Penuh Hikmah)
0 komentar:
Post a Comment