Home » » 4 Eksperimen Aneh yang Dilakukan Pada Serangga

4 Eksperimen Aneh yang Dilakukan Pada Serangga

 

4 Eksperimen Aneh yang Dilakukan Pada Serangga


Mengajari Lalat Berhitung
Mengajari Lalat Berhitung
ilustrasi Mengajari Lalat Berhitung via indozone.id
Lalat buah adalah salah satu serangga yang paling sering dijumpai di laboratorium. Sebabnya adalah lalat ini amat sering digunakan sebagai objek penelitian. Mulai dari “ditembak” memakai sinar X, diinfeksi dengan bakteri dan jamur mematikan, hingga dibiakkan dalam kondisi gelap gulita selama puluhan tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan asal Universitas Wilfrid Laurier dan Universitas California kian menambah panjang daftar penelitian yang menggunakan lalat buah sebagai objek penelitiannya. Penelitian yang satu ini terbilang unik karena dalam penelitian ini, ilmuwan “mengajari” lalat untuk berhitung.

Mekanisme penelitian ini sendiri terbilang sederhana. Mula-mula, ilmuwan akan memasukkan beberapa ekor lalat buah ke dalam kotak. Sahabat anehdidunia.com pada waktu-waktu tertentu, ilmuwan akan menyorotkan lampu yang dikedip-kedipkan ke dalam kota.

Jika jumlah kedipannya 3 kali, maka kotak tersebut tidak akan diapa-apakan. Namun jika lampunya dimatikan atau dikedip-kedipkan sebanyak 2 atau 4 kali, ilmuwan akan mengguncang-guncangkan kotak tersebut sehingga lalat-lalat di dalamnya jadi merasa panik. 

Lalat-lalat buah yang ada di dalam kotak pada awalnya tidak mengetahui hubungan antara jumlah kedipan lampu dengan guncangan di kotak mereka. Demikian juga dengan keturunan alias generasi berikutnya dari lalat tersebut. 

Baru pada generasi ke-40, lalat buah menunjukkan kesadaran akan angka dan lampu sorot di dekatnya. Saat lampu sorotnya berkedip sebanyak 2 atau 4 kali, lalat-lalat tersebut kini akan langsung beterbangan menghindari guncangan pada kotaknya.

Mengetahui Daya Ingat Ulat dan Kupu-Kupu
Mengetahui Daya Ingat Ulat dan Kupu-Kupu
ilustrasi Mengetahui Daya Ingat Ulat dan Kupu-Kupu via tretment.ru
Jika bicara soal metamorfosis sempurna, maka kupu-kupu menjadi salah satu hewan yang paling kerap dijadikan contoh. Siklus hidupnya yang mudah diamati menjadi penyebabnya. Saat masih berwujud larva, ulat kupu-kupu memiliki bentuk menyerupai cacing. Namun sesudah memasuki fase kepompong dan dewasa, kupu-kupu nampak memiliki penampilan yang jauh lebih indah.

Siklus hidup yang dimiliki oleh kupu-kupu tersebut lantas menimbulkan pertanyaan pada Martha Weiss dan Doug Blackiston. Kedua ilmuwan asal Universitas Georgetown tersebut ingin tahu apakah kupu-kupu masih mengingat hal-hal yang pernah dialaminya saat masih berwujud larva.

Martha dan Doug yang penasaran kemudian melakukan penelitian pada kupu-kupu. Mula-mula, mereka memasukkan beberapa ekor ulat tembakau ke dalam kotak. Mereka kemudian memenuhi kotak tersebut dengan senyawa etil asetat. Setiap kali ulat tersebut mendekat ke arah senyawa tadi, mereka berdua menyetrum ulat tersebut dengan tegangan listrik kecil.

Martha dan Doug terus melakukan hal tersebut hingga akhirnya ulat tadi merasa jera dan tidak mau lagi dekat-dekat dengan senyawa etil asetat. Ulat tersebut kemudian memasuki fase kepompong dan berubah menjadi kupu-kupu dewasa.

Kupu-kupu tersebut ternyata masih mengingat pengalaman buruknya saat masih menjadi ulat. Ketika ia mencium bau senyawa etil asetat, kupu-kupu tersebut spontan terbang ke arah yang berlawanan. Penelitian ini sekaligus membuktikan kalau kupu-kupu tetap mengingat hal-hal yang dialaminya saat masih dalam fase larva.

Memberi Makan Laba-Laba Dengan Narkotik dan Air Kencing
Memberi Makan Laba-Laba Dengan Narkotik dan Air Kencing
ilustrasi Memberi Makan Laba-Laba Dengan Narkotik dan Air Kencing via lifestyle.okezone.com
Laba-laba bukanlah serangga. Jika serangga memiliki 3 pasang kaki, maka laba-laba memiliki 4 pasang kaki. Namun dalam entomologi (cabang ilmu mengenai serangga), laba-laba tetap menjadi bagian dari topik bahasan cabang ilmu tersebut karena laba-laba memiliki banyak kemiripan dengan serangga, misalnya dalam hal ukuran dan tingkah laku.

P.N. Witt adalah nama dari seorang pakar kimia. Suatu hari, Witt melihat ada banyak laba-laba yang membuat sarang di halaman rumahnya. Ia menyadari kalau kawanan laba-laba yang ada di halaman rumahnya memiliki kebiasaan membangun sarang antara pukul 2 hingga pukul 5 pagi.

Witt merasa penasaran apakah ia bisa merusak jadwal kebiasaan laba-laba tersebut dalam membuat sarang. Maka, pada tahun 1948, Witt pun memberikan lalat yang sudah dicampur dengan aneka macam senyawa obat-obatan seperti LSD, hashish, dan mescaline.

Hasilnya, laba-laba yang sudah diberi makan lalat tadi ternyata tetap tidak mengubah jadwal waktu rutinnya dalam membuat sarang. Namun sarang yang mereka buat menjadi lebih berantakan, terutama jika laba-laba tersebut baru saja diberi lalat yang dicampur dengan kafein.

Biarpun penelitian yang dilakukan oleh Witt tersebut terkesan aneh, nyatanya tetap ada ilmuwan yang menaruh ketertarikan akan hasil penelitiannya. Sahabat anehdidunia.com pada tahun 1950-an, tim ilmuwan kembali melakukan penelitian yang melibatkan laba-laba.

Pada waktu itu, ilmuwan mengetahui bahwa seseorang yang baru saja mengkonsumsi LSD atau mescaline akan mengalami halusinasi dan menunjukkan perubahan sikap layaknya penderita skhizofrenia. Ilmuwan pun ingin tahu apakah mereka bisa “menularkan” fenomena serupa ke laba-laba dan mengacaukan jadwal harian mereka dalam membuat sarang.

Untuk melakukan penelitian ini, mula-mula tim ilmuwan mengumpulkan 50 liter air kencing dari 15 penderita skhizofrenia, kemudian mencampurkannya dengan gula dan memberikannya kepada laba-laba. 

Ilmuwan ingin tahu apakah jika laba-laba mengkonsumsi senyawa kimia dari penderita skhizofrenia, maka laba-laba tersebut bakal mengalami perubahan sikap layaknya penderita skhizofrenia.

Penelitian ini pada akhirnya tidak berjalan sesuai dengan harapan karena ternyata laba-laba membenci air kencing manusia. Saat baru meminumnya sedikit saja, laba-laba tersebut langsung bergegas pergi sambil menggosok-gosokkan mulutnya. Seolah-olah ia baru saja meminum sesuatu yang menjijikan atau menyakitkan.

Menyengat Diri Sendiri Berulang Kali
disengat lebah
disengat lebah via alodokter.com
Michael Smith adalah seorang mahasiswa yang berasal dari Universitas Cornell yang merasa sangat tertarik akan hal-hal yang berkaitan dengan lebah madu. Saking tertariknya, ia banyak melakukan pengamatan dan mengeluarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan lebah.

Lebah memanglah serangga yang hanya berukuran kecil. Namun manusia normalnya tidak akan mau berada terlalu dekat dengan lebah supaya tidak disengat. Hal itulah yang dialami oleh Michael. Suatu hari, seekor lebah merayap masuk ke dalam celananya dan menyengatnya di bagian selangkangan.

Pengalaman tersebut jelas bukan merupakan pengalaman yang menyenangkan. Namun dari peristiwa itu pulalah, Michael mendapatkan ide untuk melakukan penelitian baru yang bisa dibilang gila. Michael ingin tahu apakah setiap bagian tubuh manusia akan menunjukkan tanggapan rasa sakit yang serupa saat disengat oleh lebah.

Selama 38 hari, Michael pun kemudian membiarkan dirinya disengat sebanyak 190 kali di 25 lokasi berbeda pada tubuhnya. Setiap kali ia baru saja disengat, ia kemudian mengeluarkan penilaian mengenai seberapa sakit sengatan di bagian tubuh tersebut.

Michael juga sempat berniat membiarkan dirinya disengat di bagian bola matanya. Namun niat Michael tersebut langsung dicegah oleh pembimbingnya. Setelah menyiksa dirinya sendiri selama satu bulan lebih, Michael kemudian menyimpulkan bahwa sengatan lebah terasa paling sakit di bagian hidung. Tidak berlebihan rasanya jika kita menyebut Michael Smith sebagai pakar lebah paling masokis yang pernah hidup.

referensi :
https://listverse.com/2014/12/21/10-of-the-strangest-experiments-involving-creepy-crawly-creatures/
https://www.environmentalscience.org/career/entomologist
Thanks for reading 4 Eksperimen Aneh yang Dilakukan Pada Serangga

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Post a Comment