Home » » Kisah Rumah Si Tukang Bangunan

Kisah Rumah Si Tukang Bangunan

Kisah Rumah Si Tukang Bangunan


Alkisah Seorang tukang bangunan yang telah bertahun-tahun lamanya bekerja ikut pemborong. Ia pun bermaksud mengajukan pensiun, karena ingin memiliki banyak waktu untuk keluarganya.
.
Si Pemborong berkata,
"Saya setujui permohonan pensiun Anda dengan syarat Anda bangun dahulu satu rumah terakhir sebelum Anda pensiun.
.
Si tukang bangunan segera membangunnya. Karena kejar tayang, ia pun mengerjakannya asal-asalan dan asal jadi.
.
Selesai sudah bangunan terakhir yang ia buat.. Ia serahkan kunci rumah kepada sang Pemborong.
.
Sang Pemborong pun tersenyum dan berkata,
"Rumah ini adalah hadiah untukmu, karena telah lama bekerja bersamaku."
.
Terkejutlah tukang bangunan itu, ada rasa sesal kenapa rumah, yang akhirnya hendak ia tempati itu, dikerjakannya secara asal-asalan..
.
Saudaraku..
Ibadah yang kita kerjakan di dunia ini, tak lain adalah 'rumah' yang sedang kita bangun untuk kita tempati nanti setelah pensiun dari kehidupan dunia.
Pada suatu ketika, yaitu di mana semuanya sudah terpikirkan dan dipertimbangkan dengan matang dan bijaksana, maka ia pun menyampaikan rencana tersebut kepada majikannya. Dengan berat hati, merasa sedih dirasakan oleh sang Majikan, sebab ia akan kehilangan salah satu tukang bangunan terbaiknya, yang tidak diragukan lagi keahlinya di bidang bangunan. Meskipun demikian, sang Majikan juga tidak ingin memaksa supaya ia tetap dan harus mempertahankan profesinya. Karena itu, meskipun berat hati sang Majikan menghargai keputusan salah satu karyawannya.

Dalam masa-masa yang sama, sang Majikan mengajukan sebuah permintaan terakhir sebelum akhirnya salah satu karyawannya ini berhenti dan melepaskan statusnya sebagai salah seorang karyawan terbaik, sang mandor memintanya sekali lagi untuk membangun sebuah rumah mewah, megah dari kayu terpilih atau bahan bangunan lainnya yang terbaik dan tahan untuk seumur hidup, dan ini betul-betul permintahan terakhir kalinya, tegas sang Majikan dengan suara lembut.

Mendengar permintaan terakhir sang Majikannya itu, maka ia pun mengiakannya. Tetapi kali ini dengan rasa terpaksa dan berat hati si tukang bangunan menyanggupi permintaan Majikan. Dalam hati ia berkata, ya tidak apa-apalah, karena ini untuk yang terakhir kalinya sebelum akhirnya ia pensiun. Dengan berat hati, mengerutu atau penuh dengan sungut-sungut si tukang bangunan ini mengerjakannya.

Karena sang Majikan merasa yakin sepenuhnya, maka ia hanya tersenyum kepada salah satu karyawan terbaiknya ini dan mengatakan: "Kerjakanlah dengan cara dan keahlian terbaik yang kamu bisa, dan kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang ada." Dengan senyum, si tukang menyembunyikan keterpaksaannya supaya tidak diketahui oleh sang Majikan.

Keesokan harinya si tukang pun memulai pekerjaan terakhirnya itu. Karena sang Majikan sudah percaya sepenuhnya, maka ia tak diawasi oleh seorangpun, termasuk oleh sang Majikannya. Karena itu, ia bermalas-malasan dan asal-asalan saat mengerjakannya. Bahkan ia (si tukang) menggunakan bahan-bahan yang tidak berkualitas, cepat lapuk, bahan-bahan yang seharusnya tidak pantas untuk sebuah bangunan megah, kokoh dan terlihat mewah. Tetapi karena cat-cat dengan kualitas terbaik yang digunakannya, maka semua bahan yang berkualitas rendah, kayu yang mudah lapuk dan bahan-bahan yang mudah membusuk dalam waktu dekat itu tak tampak sedikitpun.

Seiring berjalannya waktu, bangunan atau rumah mewah itu pun selesai. Keesokan harinya, sang Majikan datang untuk memastikan dan memeriksa bangunan mewah yang tidak lain adalah permintaan terakhirnya. Ketika selesai memeriksa luar dalamnya dan sang Majikan pun sembari menutup daun pintu depan, kemudian ia berbalik kepada seorang tukang bangunan yang akan pensiun ini dan berkata, "Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu, semoga kamu dan keluargamu hidup bahagia!"

Mendengar kalimat sang Majikan di atas, si tukang bangunan ini sangat terkejut dan merasakan penyesalan yang amat mendalam atas apa yang telah ia lakukan. Dengan hati yang menyesal ia berteriak dalam hatinya: “kalau saja sejak dari awal aku tahu bahwa rumah ini akan menjadi milikku, maka aku pasti membangunnya dengan sungguh-sungguh, menggunakan bahan-bahan terpilih dan menggunakan bahan-bahan terbaik serta berkualitas tingggi.”

Tetapi sayang semuanya sudah terlambat dan terjadi. Sekarang, mau tidak mau ia harus tinggal bersama keluarganya di rumah yang terlihat mewah dan megah dari luar karena kilapan cat-cat terbaik, tapi sayang di dibalik cat-cat mengkilap itu hanyalah selimut atas bahan-bahan yang rapuh, mudah lapuk dan mudah busuk. Itu artinya, ia hanya tinggal menunggu rumah itu rusak dalam jangka waktu dekat dan menyaksikan hasil perbuatannya sendiri.

Sayang sekali, karena ketidaksungguhan, berat hati, ketidakseriusan, asal-asalan dan keterpaksaan ternyata memaksa si tukang bangunan harus memilih cara yang terburuk, yang mengantarkannya pada penyesalan, serta mengakhiri karirnya dengan cara yang menyedihkan.
Jangan sampai kelak kita menyesal, karena kita menempati rumah yang kita bangun asal-asalan.

pesan dan moral 

Kisah di atas mengajarkan kepada kita, bahwa selama masih ada waktu, kerjakanlah segala sesuatu dengan sungguh-sungguh, yang mendatangkan kebaikan bagi semua orang dengan hati yang tulus, dengan cara-cara hebat yang telah Tuhan berikan kepada setiap orang. Karena ada saatnya di mana setiap orang tidak dapat melakukannya lagi, yaitu ketika maut menjemputnya kelak. Sehingga hidupnya terasa hambar, tidak memberikan dampak positif apapun dan dilupakan di dunia ciptaan-Nya.

Sekali lagi, lakukanlah semua pekerjaan mulia yang dipercayakan Tuhan kepada kita, dan kerjakanlah semuanya dengan hati yang ikhlas, yaitu seolah-olah hari ini adalah hari terakhir Anda dan saya untuk berkarya di dunia ciptaan-Nya. Karena sebenarnya kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi satu detik yang akan datang dalam hidup kita. Dunia ini adalah rumah terbesar yang kita tinggali bersama keluarga besar, yaitu semua orang yang ada di dalamnya, tetapi tidak jarang kita melakukan banyak hal yang sia-sia, tidak maksimal, asal-asalan, bersungut-sungut dan penuh keterpaksaan. Ingat! Jangan sampai Anda dan saya menyesalinya dikemudian hari, yaitu ketika kita ditanya dan diperhadapkan dengan Sang Khalik.
Thanks for reading Kisah Rumah Si Tukang Bangunan

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Post a Comment